Gerobak Kopi

Kopi kekinian sekarang sedang menjamur. Ciri khas dari kopi kekinian, sependek pengamatan saya, racikan yang biasanya mengandung susu seperti kopi latte. Selain itu, kopi kekinian juga bercirikan tempat nongkrongnya anak-anak muda, instagramable, free wifi, serta packaging yang eyecathcing dengan tampilan yang menggiurkan. Berbagai  brand kopi kekinian bertebaran, mulai dari coffeeshop dengan reputasi internasional, nasional hingga lokal dan rata-rata dalam peracikan menggunakan mesin prosesor.
Tapi, dari bergairahnya coffeeshop kekinian yang menjamur, warung kopi dengan konsep jalanan patut menjadi perhatian juga. Patut menjadi perhatian karena konsep yang ditawarkan sangat merakyat.
Dari yang saya temui selama ini, kopi dengan konsep jalanan memakai bentuk gerobak dengan racikan manual nan minim penggunaan mesin prosesor. Ada juga yang mengadopsi konsep angkringan seperti di Yogyakarta. Jika biasanya gerobak angkringan diisi dengan panganan semisal nasi kucing hingga wedang khas Jawa, pada era kekinian, angkringan dikembangkan menjadi konsep warung kopi. Kopi diracik dan disajikan secara manual. Selain itu, dari beberapa angkringan kopi yang pernah disambangi, biji kopi menggunakan panenan petani-petani lokal. Dari putaran roda perekonomian, kehadiran gerobak kopi ini turut membantu pemasaran biji kopi lokal yang memiliki kekhasan unik di tiap seduhan bijinya. 
Gerobak Kopi Djenggo, Bandung
Kalau melihat amatan dari kritikus perkopian, konsep warung kopi ini ada plus minusnya. Dari obrolan saya beberapa waktu lalu dengan barista yang menggunakan mesin prosesor, metode manual memiliki tantangan pada konsistensi citarasa dan kecepatan peracikan. Tetapi, dengan konsep manual ini juga memiliki keunggulan, yang kalau menurut saya, lagi-lagi pada titik citarasa. Tiap-tiap tangan memiliki keunikan dalam menyajikan kopi.
Menunggu mungkin menjemukan, tapi bagi saya, menunggu dalam proses peracikan kopi secara manual adalah seni. Seni olah rasa dan melatih kesabaran serta menyesap kopi dari tangan-tangan handal.
Rasa akan semakin syahdu ketika seduhan kopi berasal dari gerobak. Dimana kopi yang diracik dari sebuah gerobak lebih berasa kearifan lokal. Gerobak identik dengan sajian dan jajanan orang-orang dalam lingkungan komunal, yang tidak akan kita temui pada kalangan elit. Peminum seakan-akan dibawa kedalam suasana masyarakat kecil, masyarakat pasar yang saling berinteraksi dan rela meluangkan sedikit waktunya tidak hanya untuk berbelanja. Seperti halnya istilah "angkringan", yang berarti tempat nangkring (nongkrong). 
Jadi, rasakanlah gerak nadi orang-orang yang ada di jalanan sembari seruput kopi. Ya... kopi yang asalnya dari kebun-kebun petani kita dan kemudian ceritakanlah pada dunia rasa setiap sesapan kopi itu. 

Komentar

Postingan Populer