Rayuan Pulau Kelapa? (Seri Pantai Barat Sumatera)


Tanah airku Indonesia
Negeri elok amat kucinta
Tanah tumpah darahku yang mulia
Yang kupuja sepanjang masa

Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa yang amat subur
Pulau melati pujaan bangsa
Sejak dulu kala

Reff:
Melambai lambai
Nyiur di pantai
Berbisik bisik
Raja Kelana

Memuja pulau
Nan indah permai
Tanah Airku
Indonesia

Anda tahu lagu ini? Manusia Indonesia yang cinta akan tanah airnya tentu kenal dan setidaknya, bisa menyanyikan lagu ini. Ya... lagu ini merupakan ciptaan Ismail Marzuki yang diberi judul “Rayuan Pulau Kelapa”. Dari lirik ini kita dituntun untuk membersamai keindahan dan kekayaan alam Indonesia, terutama pantainya. Dalam lagu ini, tersiratkan lirik nyiur yang merujuk kepada pohon kelapa. Jenis tanaman berserat ini, kita kenal dengan berjuta-juta manfaatnya. Mulai dari pucuk pohonnya hingga akarnya, semua bagian dari pohon ini bermanfaat bagi manusia. Salah satu yang memiliki manfaat banyak dari bagian pohon ini adalah buahnya.

Sumber:
https://pixabay.com/id/pohon-kelapa-biru-langit-tropis-644083/
Buah kelapa yang sudah tua memiliki kontribusi bagi perkembangan keanekaragaman kuliner Indonesia. Gurih dan sedapnya santapan nusantara, seperti gulai, rendang, beraneka ragam kue, didalamnya terdapat kontribusi dari olahan buah kelapa. Salah satu keluaran dari buah kelapa yang sudah tua adalah minyak kelapa. Jauh sebelum bangsa ini membudidayakan kelapa sawit dan memproduksinya menjadi minyak untuk bahan baku masakan, masyarakat Indonesia mengambil saripati buah kelapa yang sudah tua untuk di produksi menjadi minyak makan.
Salah satu bagian dari gugusan kepualaun yang menghasilkan banyak buah kelapa adalah pantai barat Sumatera. Tanpa perlu membuka lagi arsip-arsip, catatan-catatan sejarah, kita sudah bisa menebak bahwa pantai barat Sumatera memiliki potensi besar untuk menghasilkan kelapa dengan berbagai manfaatnya. Christine Dobbin hasil dari penelitiannya tentang “Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam dan Gerakan Paderi” mencatat kebun kelapa yang luas adalah aset ekonomi yang penting bagi desa-desa di sepanjang pantai. Minyak kelapa yang digunakan sebagai bahan untuk memasak dan juga bahan bakar penerangan di hasilkan dari gugusan pulau kecil diseberang Tiku, Pariaman, dan Padang.
Dari minyak dan komoditas hasil bumi lainnya, aktifitas ekonomi pelabuhan-pelabuhan di pantai barat Sumatera tampak bergairah. Hasil penelitian dan penulisan biografi Muhammad Saleh (1841-1921), rang kayo Pariaman, kita juga mendapat gambaran aktifitas produksi minyak kelapa di Pariaman.
“ Ia pun berjalan lagi ke arah ujung Kampung Nias (di Pariaman). Disana ia melihat ada seseorang bersama istrinya sedang asyik mencukil setumpuk kerambil (kelapa), kira-kira 20 butir banyaknya. Namanya Sersan si Hasi. Saleh menghampiri mereka dan menanyakan “untuk apa kerambil cukil itu?” tanya Saleh. “Untuk membuat minyak kinau”, jawabnya.
Minyak kinau adalah minyak busuk yang biasanya digunakan orang di kampung-kampung untuk minyak lampu di malam hari. Dari keterangan ini, bisa kita simpulkan bahwa berbicara masalah swasembada dan kemampuan memenuhi kebutuhan dalam hal ini bahan bakar dan kebutuhan dapur sebenarnya bisa terpenuhi dengan baik.
Bumi tempat kita mencari penghidupan masih menyediakannya, buah kelapa sebagai bahan baku untuk disuling menjadi minyak yang kita butuhkan tersedia banyak. Sayangnya, berdasarkan hasil dari banyak kajian, untuk menggarap bidang agribisnis ini, sebagian masyarakat Indonesia dan mungkin di pantai barat Sumatera, memandang aktifitas ini tidak mendatangkan keuntungan banyak. Membudidayakan kelapada dan mengolahnya dinilai bukan pekerjaan bonafit. Padahal, “Tanah airku aman dan makmur, Pulau kelapa yang amat subur, Pulau melati pujaan bangsa, Sejak dulu kala”. Semoga kedepan, generasi bangsa bisa menjadi penggerak kemandirian bangsa yang berasal dari pantai.


Komentar

Postingan Populer