Enterpot Yang Hilang; Eksistensi Pelabuhan-pelabuhan Minangkabau

Sumatera dalam sejarah bahari Indonesia memiliki peran sentral, dimana kehidupan manusia Nusantara tergantung akan keberadaan pantai barat Sumatera. Pemenuhan kebutuhan hidup manusia jaman dulu bergantung kepada pasokan logistik dari daerah pantai. Segala jenis komoditas dan perkakas bertemu pada satu titik untuk kemudian didistribusikan lagi ke daerah-daerah. Dikarenakan jalur darat belum terbuka seperti saat ini, maka sepanjang pantai barat Sumatera dibuka enterpot-enterpot, pelabuhan tempat bertemunya pedagang dan komoditas dari berbagai wilayah. Enterpot ini biasanya berada ditempat yang strategis dan dekat dengan sumber daya alam, sehingga memudahkan untuk pendistribusian.
Diantara enterpot yang tercatat dalam dunia perdagangan di pantai barat Sumatera adalah Air Bangis, Sasak, dan Katiagan. Enterpot ini terletak di Kabupaten Pasaman Barat, daerah pesisir Minangkabau.

Air Bangis

Pantai Air Bangis Sekarang
sumber: https://airbangis.com/wisata/wisata-bahari-pantai-air-bangis/

Berdasarkan sejarah, Air Bangis merupakan enterpot yang dijadikan sebagai daerah baru yang aman untuk perdagangan oleh keluarga raja Indrapura. Pada masa selanjutnya, Air Bangis berkembang dan termasuk kedalam jalur perdagangan pelabuhan besar. Diantara pelabuhan besar yang ada di pantai Barat Sumatera dan terhubung dengan Air Bangis adalah Sibolga, Barus, Aceh, dan Padang. Air Bangis menjadi enterpot dikarenakan daerah ini merupakan daerah muara. Keadaan geografis ini yang membuat Pariaman terhubung dengan wilayah darek, yang notabenenya darek pertanian yang dibutuhkan daerah lain.
Dalam catatan sudagar Pariaman, Muhammad Saleh, Air Bangis merupakan tempat singgah perahu dagang untuk membongkar dan memuat komoditas yang akan diteruskan ke pelabuhan Sibolga. Dipelabuhan ini, para pedagang memuat rempah-rempah, kapur barus, kemenyan, lada dan emas. Pelabuhan Air Bangis ketika dikuasai Inggris setiap tahunnya disinggahi tidak kurang dari sekitar 200 kapal yang masuk dari luar negeri.
Eksistensi pelabuhan Air Bangis meredup ketika pada tahun 1912 dibukanya jalur darat yang menghubungkan Natal-Mandailing-Tarutung-Medan. Jalur darat ini akhirnya merangkai ke daerah Bukittinggi-Bonjol-Lubuk Sikaping-Panti-Rao-Muara Sipongi-Mandailing. Terbukanya jalur darat, jalur distribusi hasil bumi tidak lagi mengarah ke wilayah pesisir tetapi melewati jalur darat. Sejak saat ini, pamor Air Bangis sebagai pelabuhan enterpot secara perlahan berkurang dan saat ini hanya tinggal catatan sejarah.
Walaupun pelabuhan enterpot saat ini sudah tidak ada, Air Bangis memiliki potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Jikalau pemerintah daerah memiliki kesadaran, kenangan Air Bangis sebagai kota pelabuhan, kejayaan itu bisa dikembalikan dengan mengembangkan wisata sejarah yang juga akan memperkuat identitas kebahari-an pesisir pantai barat Sumatera. Dengan menghadap langsung ke Samudera Hindia, perikanan daerah ini juga sebuah potensi yang menjanjikan, yang diperlukan saat ini adalah mengedukasi semua kalangan akan potensi besar daerah ini. Pertanyaannya adalah, apakah pemerintah dan masyarakat sadar dan mau memupuk kesadaran untuk memanfaatkan potensi besar ini?

bersambung.....



Sumber:
Christine Dobbin. Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi; Minangkabau 1784-1847. Depok: Komunitas Bambu. 2008

Mestika Zed. Saudagar Pariaman; Menerjang Ombak, Membangun Maskapai. Depok: LP3ES. 2017

https://airbangis.com/2017/06/18/air-bangis-dan-keistimewaan/
Tantangan Daratan Kemunduran Pelabuhan Air Bangis. https://text-id.123dok.com/document/8yd7lm21y-tantangan-daratan-kemunduran-pelabuhan-air-bangis.html


Komentar

Postingan Populer