Pantai Sasak: Tenggelamnya Enterpot Pantai Barat Sumatera
Kawasan Pantai Pohon Saribu, Sasak, Pasaman Barat yang terkena abrasi |
Pelabuhan yang eksis pada jaman kolonial, Sasak, memiliki peranan penting. Hari ini, sisa-sisa pelabuhan yang dijadikan bandar persinggahan oleh pedagang-pedagang di pantai barat Sumatera sudah tidak lagi menunjukkan tanda kebesarannya. Sejarah pantai sasak adalah sejarah perdagangan, komoditas-komoditas daerah darek berkumpul di pantai ini. Pantai yang terletak kurang lebih 20 km dari kota Simpang Ampek saat ini, merupakan mata rantai jalur perdagangan Sumatera dan Nusantara.
Pemberlakuan tanam paksa kopi pada tahun 1847 untuk di ekspor dan menyumbang terhadap devisa Hindia Belanda, pantai Sasak menjadi ramai disinggahi oleh pedagang-pedagang yang berdatangan dari Tiku, Pariaman, Sibolga, Aceh, bahkan pedagang yang datang dari luar pulau Sumatera.
Pamor pantai barat Sumatera ini hanya berlangsung hingga awal abad ke-20. Menurunnya intensitas perdagangan di pantai barat Sumatera termasuk Sasak, Tiku, Katiagan, Pariaman disebabkan oleh datangnya Inggris sebagai negara imperialis adidaya. Kedatangan Inggris di belahan timur Sumatera, tepatnya Semenanjung Malaya membawa perubahan terhadap peta perdagangan dunia. Inggris mengusung revolusi industri, sehingga dilakukannya pembangunan pelabuhan baru dengan skala internasional di tanah Malaka. Pelabuhan yang dikembangkan Inggris untuk mengangkut hasil bumi Nusantara adalah Singapura. Majunya pelabuhan ini dan menjadi pertemuan pedagang-pedagang internasional mematikan enterpot-enterpot yang ada di pantai barat Sumatera. Selain itu, dibukanya Terusan Suez juga menjadi faktor majunya pelabuhan Singapura di belahan Sumatera bagian timur.
Sejak tahun 1920-an, aktivitas perekonomian di pantai barat Sumatera dengan Padang sebagai episentrumnya semakin meredup dan hingga saat ini belum kembali terang. Selain karena makin sedikitnya volume ekspor dan impor, hal itu tak lepas dari kehadiran transportasi darat (sejak 1915) dan pesawat udara (mulai 1935). Meredupnya pamor pelabuhan di pantai barat Sumatera ini semakin ditegaskan dengan tidak adanya upaya memuseumkan akan kenangan terhadap pelabuhan ini, termasuk di pantai Sasak. Jika hari ini kita berkunjung ke pantai ini, yang bisa kita nikmati hanyalah pantai dengan deburan ombaknya. Sedangkan kenangan yang memaparkan kebesaran pantai ini dengan pelabuhannya tidak ada sama sekali, sehingga nilai sebagai bangsa bahari tidak tertanamkan kepada setiap pengungjung. Kita hanya akan disuguhi indahnya pantai tanpa pernah mengingat dan meneladani masa lalu pantai Sasak sebagi pelabuhan enterpot yang telah memberikan keberartian hidup bagi masyarakat Minang di wilayah darek.
Sumber:
http://www.pelaminanminang.com/artikel/mengenang-kejayaan-pantai-barat-sumatera.html
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/12/02270721/pantai.barat.sumatera.kejayaan.masa.silam
http://nagarisasak.blogspot.co.id/2015/04/kawasan-pantai-pohon-saribu.html
Komentar
Posting Komentar