Media Framing Sebagai Senjata Asimetris “Si Lemah”; Perang Informasi Dalam Tragedi Freedom Flotilla

Oleh: 
Yandri Rama Putra

1. Perang informasi konflik Israel Palestina pada kasus bantuan kemanusiaan Mavi-Marmara
a. Misi Bantuan Kemanusiaan Freedom Flotilla, Mavi Marmara
Pada tanggal 31 Mei 2010 konvoi bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla berbendera Turki diserang Israel. Konvoi bantuan kemanusiaan ini membawa logistik dan kebutuhan hidup bagi warga Palestina yang di blokade oleh Israel. Peristiwa ini dikenal dengan tragedi Mavi Marmara. 
Pasukan Israel dilaporkan turun dari pesawat helikopter dan menyerbu masuk ke dalam kapal bantuan kemanusiaan yang berlayar menuju Jalur Gaza, Senin (31/5/2010) dini hari. Kapal Mavi Marmara adalah salah satu kapal rombongan misi kemanusiaan yang tengah menuju ke Gaza. Di dalam kapal tersebut terdapat 12 relawan asal Indonesia yang tergabung bersama 369 sukarelawan dari seluruh dunia. Ada sembilan kapal dengan berbagai ukuran dalam misi menembus blokade Israel ini. Kapal-kapal ini mengangkut 10.000 ton bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dari informasi terakhir, kapal tersebut kini digiring ke wilayah Israel . 

Misi Freedom Flotilla Untuk Gaza
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/336503403385428897/

Pasukan Israel menyerang sekelompok kapal pengangkut bantuan kemanusiaan yang berupaya menerobos blokade di Gaza. Hingga 16 orang tewas dan lebih dari 30 orang cedera saat pasukan Israel menyerang Freedom Flotilla, Senin (31/5/2010) pagi. Kumpulan kapal ini diserang di perairan internasional atau 65 kilometer lepas pantai Gaza. Hasil tayangan televisi menunjukkan, kapal terkemuka dari rombongan kapal pengangkut bantuan kemanusiaan, Mavi Marmara, diserang oleh pasukan Israel yang masuk ke kapal setelah diterjunkan dari beberapa helikopter .
Misi kemanusiaan yang digawangi oleh berbagai NGO diperlakukan layaknya penanganan kelompok kriminal dan kemudian memakan korban. Kapal misi kemanusiaan ini diserang tanpa melakukan prosedur dalam operasi pengamanan wilayah. Peristiwa penyerangan ini mengundang reaksi dunia. Negara-negara terutama yang memiliki mayoritas penduduk muslim, aktivis kemanusiaan, dan media seluruh dunia dalam waktu singkat merespon atas aksi kekerasan terhadap rombongan bantuan kemanusiaan yang seharusnya mendapatkan perlindungan. Mulai dari rilis resmi pemerintahan, pemberitaan media ramai mengirimkan pesan kepedulian terhadap penyerangan kapal Mavi Marmara ini.

b. Respon Dunia Terhadap Tragedi Freedom Flotilla
Kekerasan tentara penjaga perbatasan Israel ini mendapatkan respon dari berbagai belahan dunia. Melalui ruang siber, Israel dan Amerika yang menjadi sponsor mendapatkan tekanan dan kecaman dari warga dunia. Berikut ini beberapa respon resmi dan headline media di Indonesia dan dunia terhadap tragedi penyerangan bantuan kemanusiaan untuk Palestina: 
DPR Minta Amerika Tidak Memveto Resolusi untuk Israel. DPR RI melalui Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina meminta Amerika Serikat tidak memveto keluarnya resolusi PBB terkait  penyerangan tentara Israel terhadap Misi Kemanusiaan Freedom Flotilla . 
Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri, Senin (31/5) mengutuk serangan mematikan militer Israel terhadap armada kapal pengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza. "Serangan serdadu Israel terhadap konvoi bantuan itu adalah tindakan berbahaya dan gila yang akan meningkatkan ketegangan-ketegangan di kawasan," kata Hariri dalam pernyataannya . 
Pemerintah Turki menarik duta besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas kekerasan yang dilakukan pasukan militer Israel terhadap kapal misi kemanusiaan yang akan mengirim bantuan ke Gaza. Selain itu, Turki juga membatalkan tiga perjanjian rencana latihan militer bersama Israel yang sedianya digelar sepanjang tahun ini .
Wakil Perdana Menteri Bulent Arinc dan beberapa anggota parlemen Turki menyambut aktivis kemanusiaan Freedom Flotilla di bandara setelah Turki menekan Israel untuk membebaskan para aktivis yang sebagian besar adalah orang Turki. Aktivis lainnya berasal dari Arab, Eropa, dan Amerika Serikat. “Mereka menghadapi barbarisme dan penindasan tetapi kembali dengan membanggakan”, kata Arinc . 
PBB Mengecam serangan armada Israel . 
Respon yang muncul di media ini menjadi senjata untuk membuka peluang dibukanya blokade Israel atas jalur Gaza. Berbagi tekanan mendesak serangan ini dibawa ke pengadilan internasional sebagai sebuah kejahatan dan merusak nilai-nilai kemanusiaan. 
Pada waktu terjadinya penyerangan dan secara real time media mendapatkan pembaruan kondisi terkini di kapal Mavi Marmara, saat itu juga berlangsung framing media untuk membingkai isu. Dalam wacana peperangan, dimana konflik terjadi antara Palestina dan Israel, membentuk babak baru atas perang berkelanjutan bagi kedua negara. Peristiwa ini juga menjadi jalan baru bagi negara-negara dunia untuk membantu Palestina membuka blokade jalur Gaza serta mendamaikan konflik agama dan politik ini. 

c. Perang Informasi Bagi Asimetris Negatif 
Pada posisi ini kita bisa melihat kondisi Palestina sebagai aktor asimetris negatif atau yang lemah. Posisi lemah Palestina ini jika dilihat dari kekuatan militer yang jauh lebih lemah dibandingkan dengan kekuatan militer Israel. Dalam bidang politik internasionalpun, Palestina berada dibawah tekanan Israel, walaupun pada faktanya Palestina mendapat dukungan yang banyak dari negara-negara di dunia terutama negara Islam. Tetapi dukungan negara-negara dunia ini menjadi lemah posisi tawarnya ketika berhadap dengan negara yang memiliki hak veto dan negara barat yang berada satu aliansi dengan Amerika. Proses perdamaian Palestina-Israel seperti tidak menemukan titik terang. 
Terjadinya penyerangan terhadap kapal misi kemanusiaan Mavi Marmara, merubah posisi tawar Palestina. Munculnya simpati dunia terhadap serangan kapal misi kemanusiaan ini, menjadi kesempatan untuk menekan Israel dan Amerika. Pemberitaan media menjadi amunisi bagi Palestina dan negara-negara pendukungnya untuk melancarkan tekanan secara politik melalui jalur diplomasi. Framing media menjadi jalan untuk mengendalikan opini publik dan kebijakan pemerintah. 
Wong (2004) menggarisbawahi empat dimensi framing yang dapat dikaji, yaitu: (1) Presentasi berita (ukuran dan penempatan berita); (2) topik berita (topik apa yang ada pada berita); (3) atribut kognitif (detil isu apa yang tercakup dalam berita); (4) atribut afektif . Secara real time, pemberitaan penyerangan misi Freedom Flotilla ini membuat warga dunia bereaksi secara massif di ruang siber. 
Mengacu kepada dimensi framing media oleh Wong diatas terhadap pemberitaan penyerangan kapal misi kemanusiaan Freedom Flotilla bisa dianalisis sebagai berikut: 
a. Presentasi berita (ukuran dan penempatan berita)
Di media daring, headline berita mengarahkan opini publik bahwa rombongan kemanusiaan adalah korban kekerasan militer dan semakin membuktikan bahwa Israel adalah kelompok arogan yang merenggut kemerdekaan Palestina. Pemberitaan secara simultan terus dilakukan hingga pertengahan bulan Juni. Selama rentang waktu tersebut, opini publik mengarah pada satu isu internasional. 
b. Topik Berita
Seperti kutipan berita diatas, penulis menyimpulkan pada saat itu terjadi serangan psikologis negara dan warga dunia terhadap agresifitas Israel. Serangan psikologis terjadi dalam bentuk kecaman pemerintah, tekanan melalui PBB hingga serangan melalui media sosial masyarakat dunia. 
c. Atribut kognitif. 
Pemberitaan penyerangan terhadap rombongan misi kemanusiaan ini mengundang respon dari pengacara dunia yang mengugat Israel atas aksi kekerasannya. Gugatan tersebut akan dilakukan, baik di forum-forum pengadilan internasional maupun dalam forum bilateral  atas tindakan brutal yang telah memakan korban nyawa dari aktivis kemanusiaan ini. 
d. Atribut afektif
Penyerangan rombongan Freedom Flotilla mengundang reaksi di dunia maya setelah masifnya pemberitaan di media massa. Social engineering digunakan untuk saling perang opini untuk meningkatkan posisi tawar kedua aktor. Artikel di reuters.com membahas efek pemberitaan dan tanggapan warganet terhadap penyerangan kapal Mavi Marmara. Artikel di laman reuters.com tersebut berjudul,”Gaza Flotilla Makes Internet Splash ”. Penulis artikel mengamati perang opini warganet baik yang pro Palestina maupun yang pro terhadap Israel. Wacana yang dilontarkan tidak hanya seputar peristiwa penyerangan kapal rombongan, tetapi juga merambah ke wacana lain yang menyinggung permasalahan sentimen SARA. 
Di Indonesia, laman kompas.com juga mengulas mengenai fakta penyerangan tentara Israel. Dari ulasan artikel di laman Kompas, tentara Israel terindikasi telah menyebarkan racun pada barang-barang yang dibawa oleh aktivis kemanusiaan . Ulasan-ulasan seperti jika dibaca melalui teori framing media, opini publik diarahkan untuk memengaruhi kebijakan dalam proses pengiriman bantuan kemanusiaan dan konflik Palestina-Israel. 
Bagi Palestina sebagai pihak asimetris lemah sebelum penyerangan rombongan kapal kemanusiaan ini merupakan aktor yang tidak memiliki kecukupan sumber daya untuk melawan Israel sebagai aktor yang kuat. Pasca penyerangan, Palestina mendapatkan celah untuk menyerang Israel yang memiliki hegemoni kuat untuk menguasai tanah Palestina. Dari opini publik yang berkembang, secara psikologis Israel dan negara sponsornya, Amerika, berada dalam posisi yang tersudutkan. 
Diantara bentuk serangan balik kepada Israel dalam tragedi penyerangan Mavi Marmara ini adalah penarikan duta besar Turki untuk Israel . Tidak hanya penarikan duta besar, Turki juga menghentikan kerjasama militer Turki-Israel dalam bentuk latihan bersama (MTCA) dan kontrak penjualan persenjataan pada tahun 1996 . Dalam kajian congressional research service USA, membahas efek dari blokade Gaza dan serangan terhadap Mavi Marmara bagi perundingan perdamaian Israel-Palestina. Dalam kajian tersebut meramalkan masa depan perdamaian di jalur Gaza dan Tepi Barat Palestina. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyatakan bahwa perundingan perdamaian akan terus dilanjutkan, meski ada pihak yang pesimis akan tercapainya perdamaian. Hal ini dikarenakan ambisi teritorial dari pihak Nasionalis Sayap Kanan Israel . Penyerangan kapal Mavi Marmara menciptakan peluang bagi Palestina, tinggal bagaimana Palestina mengondisikan kekuatan politik dalam negeri dan negara yang mendukung kemerdekaan atas tanah Palestina dalam merumuskan kebijakan untuk kesepakatan damai. 
Sebuah pencapaian untuk menekan Israel dan mempertanggung jawabkan aksinya adalah dibentuknya Pencari Fakta Internasional PBB atas kasus kekerasan dan serangan Israel. Laporan pencari fakta PBB ini menyimpulkan bahwa Israel melakuan serangkaian pelanggaran hukum internasional, termasuk hukum kemanusiaan internasional (Internasional Humanitarian) dan hukum HAM selama penangkapan di kapal dan selama penahanan penumpang di Israel sebelum dideportasi . Dengan ini, posisi tawar Palestina menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan dalam lingkup diplomasi upaya perdamaian tetap berjalan dengan dukungan negara dunia yang lebih banyak. 

Kesimpulan 
Berdasrakan penelaahan kasus penyerangan kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara diatas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa kekuatan lemah dalam peperangan asimetris tidak ada dalam posisi yang ajeg. Dengan adanya operasi informasi atas penyerangan kapal Mavi Marmara, bagi aktor yang lemah menjadikan kesempatan ini sebagai alat untuk melawan asimetris yang kuat. Perlawanan terhadap asimetris kuat melalui peperangan siber dengan operasi informasi menggunakan dimensi perang psikologi yang mengarahkan opini publik untuk memengaruhi kebijakan aktor yang berperan sebagai penengah dalam upaya perdamaian. 
Bagi asimetris kuat, dengan kekuatan militer dan politik yang kokoh masih berpeluang mendapat pukulan telak dari celah yang tidak terprediksi. Dalam kasus penyerangan bantuan kemanusiaan ini, Israel mengabaikan mata warga dunia yang selalu hidup dengan adanya kemajuan teknologi informasi. Melalui framing media, posisi Israel dan Amerika disudutkan dengan diputusnya beberapa kerjasama dan diplomasi antar negara. Kondisi ini merugikan bagi Israel secara politik, ekonomi, dan militer.    

Komentar

Postingan Populer