Diskusi Asad Tentang Akhir Zaman

​Muslim yang beriman mestinya tunduk dan taat akan rukun iman. Salah satu rukun iman adalah percaya kepada hari akhir. Hari dimana diluluh lantakkannya alam semesta. Dalam Al-qur’an maupun hadits nabi, penanda akan datangnya hari kiamat adalah munculnya Dajjal. Sewaktu masih kecil, kisah keluarnya Dajjal dari persembunyiannya dan kemudian menyesatkan ummat manusia rata-rata kita mendapat paparan yang sama. Dimulai dengan ciri-ciri Dajjal memiliki mata satu, berambut ikal, di keningnya terdapat tulisan “Dajjal”, dari tangannya bisa mengeluarkan air yang menjadi kamuflase untuk menyesatkan ummat manusia termasuk orang-orang yang beriman. Kira-kira seperti itu yang Anda dapatkan bukan? 

Seiring berjalannya waktu, dengan mengikuti pengajian saat menjejak perguruan tinggi, pemahaman saya soal kemunculan Dajjal menimbulkan pertanyaan. Pokok pertanyaan tersebut berupa,”apakah Dajjal berupa makhluk seperti manusia dalam cerita yang kita dapat saat usia mengaji di TPA?”. Dalam imaji liar saya menjawab bahwa Dajjal itu mungkin bukanlah makhluk yang bermata satu, bertubuh tinggi tegap tetapi bentuk sistem kekuatan yang dijalankan oleh banyak orang. Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai kekuasaan Dajjal,”Apakah dajjal memiliki kekuasaan seperti mengeluarkan air dari ujung jarinya seperti halnya pesulap dengan melakukan beberapa trik?” dengan adanya beberapa fenomena seperti adanya warga India yang bisa mengeluarkan air dari ujung jarinya dan kemudian mendatangkan banyak pengikut, awalnya saya mempercayai bahwa fenomena ini menunjukkan Dajjal telah datang dalam bentuk sosok manusia. 

Menginjak pada titik ini, saya menemukan jawaban buram. Akal saya tidak sampai untuk menuntaskan jawaban ini. Dalam autobiografi spiritual Muhammad Asad atau Leopold Weiss, terdapat bahasan menarik dan saya merasa ini salah satu rangkaian puzzle jawaban sosok dajjal. Hal ini tentunya akan berhubungkait dengan keimanan kita akan hari akhir.  Bahasan mengenai Dajjal ini terjadi saat Asad hadir dalam majelis seorang ulama yang menjadi pusat incaran orang-orang Nejed untuk mendapatkan pengajaran dan hikmah, ulama itu bernama Syaikh Ibnu Bulaihin. 

Berikut adalah penuturan Asad mengenai Dajjal dalam The Road to Mecca.

---------------

Tatkala ia melihat dengan pandangan bertanya-tanya di matanya, saya menengok untuk meminta persetujuan Ibnu Bulaihin yang kemudian mengiyakan, akan ramalan atas wujud makhluk menyilaukan, yang sebelah matanya butam tetap dikaruniai tenaga misterius yang diperolehnya dari Tuhan. Ia dapat mendengar dengan telinganya apa yang dikatakan di pojok dunia paling jauh serta melihat denngan sebelah matanya peristiwa-peristiwa yang terjadi di kejauhan tak terkira. Ia akan terbang berhari-hari lamanya mengelilingi bumi, akan mengumpulkan emas dan perak yang muncul sekonyong-konyong dari perut bumi, mengadakan hujan, dan tanaman tumbuh atas perintahnya, membunuh serta menghidupkan kembali; sehingga si lemah-iman bersujud memujanya. Tetapi mereka yang imannya teguh akan membaca tulisan berkilat-kilat di dahinya: pengingkar Tuhan, dan karenanya akan tahu bahwa dia hanyalah tipuan untuk menguji iman manusia. 

Sementara sang sahabat Badui itu ternganga seraya berkomat-kamit, “Tuhan Maha Penolong,” saya berpaling kepada Ibnu Bulaihin. 

“Bukankah itu merupakan sebuah kiasan, wahai Paman, yang sesuai dengan peradaban teknologi modern? Dia ‘bermata satu”, yakni bahwa dia hanya melihat dari segi kehidupan – kemajuan materiil – dan tak sadar akan segi spiritualnya. Dengan bantuan keajaiban-keajaiban mekanisnya, memungkinkan manusia melihat serta mendengar jauh dari kemampuan fitrahnya, serta melenyapkan kejauahan yang tak terukur dengan kecepatan yang tak masuk akal. Pengetahuan ilmiahnya menyebabkan “hujan turun dan tanaman tumbuh” – dan membongkar kekayaan yang tak ternilai dari dalam bumi. Obat-obatannya membawa hidup bagi mereka yang tampaknya telah mati, sedangkan peperangan dan kedahsayatan ilmiahnya menyebar maut membinasakan hidup. Kemajuan materiilnya demikian unggul dan menyilaukan sehingga si lemah iman akan percaya bahwa itu adalah kepala tuhan yang sejati. Namun, mereka yang tetap sadar akan Pencipta sebenarnya dengan tandas mengakui bahwa pemujaan mereka kepada dajjal berarti pengingkaran terhadap Tuhan. 

Kemajuan manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah anugerah dan pemberian Tuhan, banyak rakyat kita yang oleh kecongkakan diri mulai berpikir bahwa semua itu merupakan tujuan dan kemudian menobatkannya untuk disembah. 

----- 

Kira-kira kemana prediksi ini mengarah? Asad menunjukkan ramalan akhir zaman kepada manusia Barat. Mereka telah menyerahkan diri untuk menyembah dajjal. Telah lama mereka lalai akan kekeliruan ini dan punahlah integrasinya dengan alam. Bagi mereka, hidup telah menjadi teka-teki. Mereka menjadi apatis dan karena itu terpencil dari saudara serta merasakan kesepian dengan diri mereka sendiri. 

Mereka memenangkan hidup secara fisik. Ketenangan batin sudah jauh ditinggalkan, orientasi metafisik telah hilang. Setiap hari mesin-mesin dan teknologi baru muncul seakan menghadirkan nyawa baru dan memperpanjang masa hidup. Tetapi, dari penemuan-penemuan tersebut menciptakan kegelisahan baru dan bahaya-bahaya baru. Jiwa mereka lenyap dalam putaran roda kerja mesin yang terus membangun, semakin khayali dan semakin berkuasa. Tujuan asli hilang berubah wajah menjadi tuhan itu sendiri, menjadi dewa baja yang rakus.

Lantas, kita ada di posisi mana?

Komentar

Postingan Populer