Sulaeman yang Agung (1520-1566)

Berkas:EmperorSuleiman.jpg
Sulaeman I (1520-1566)
Akhir-akhir ini pertelevisian Indonesia ramai dengan penayangan drama seri King Sulaeman Sultan Turki Utsmani. Film ini menuai kontroversi karena dianggap melecehkan Islam. Tetapi, dari kabar lain, film ini sebenarnya drama fiksi. Wallahu’alam, mana yang benar karena ketika saya menuliskan artikel ini saya belum menonton film tersebut.
Walaupun belum melihat dan menonton alangkah lebih baiknya kita tahu siapa itu King Sulaeman atau Sulaiman the Magnificent. Beliau merupakan salah seorang Sultan pada era Turki Utsmani yang memerintah dari tahun 1520-1566. Menaiki tahta Kesultanan Ottoman pada usia belum genap dua puluh enam tahun. Dididik di sekkolah istana di Topkapi Sarayi, setela sebelumnya menjadi gubernur propinsi di Manisa selama masa pemerintahan ayahnya.
Duta dari Venesia, Bartolomeo Contarini, memberikan gambaran siapa sosok Sultan Sulaeman:
“Dia baru berusia dua puluh lima tahun, tinggi, tetapi ramping dan memiliki warna kulit yang cerah. Lehernya panjang, wajahnya kurus, dan hidungnya mancung. Memiliki kumis tipis dan janggut kecil, namun dia memiliki sikap yang menyenangkan walaupun kulitnya cenderung memucat. Menurut kabar, dia adalah seorang penguasa yang bijaksana, senang belajarm dan semua orang mengharapkan pemerintahan yang baik dari dirinya. “
Sultan Sulaeman memiliki beberapa anak. Putra mahkotanya adalah Mustafa, lahir pada tahun 1515 M dari Gulbahar. Tetapi dari beberapa selirnya, Haseki Hurrem atau Roxelana merupakan wanita yang paling ia senangi. Dari Roxelana, Sulaeman memiliki enam orang anak, Mehmet, Mihrimah, Abdullah, Selim,  Beyazit dan Cihangir. Pengaruh Roxelana besar dalam pemerintahan Sulaeman terutama setelah kelahiran Mehmet. Keberadaan Mustafa sebagai putra mahkota membuat Roxelana tidak tenang karena anaknya berada dalam urutan kedua dalam pewarisan tahta kesultanan.
Awal mula menaiki singgasana kesultanan Ottoman, Sulaeman memulai program reformasi pengadilan. Karena program inilah dia juga mendapat julukan Kanuni atau pembuat hukum. Reformasi ini mengakhiri aturan ksatria arbiter yang dijalankan sebeumnya dan menciptakan sebuah tatanan hukum baru yang melindungi kehidupa, property, dan hak sipil rakyatnya.
Ekspedisi pertama Sultan Sulaeman menyasar ke Belgrade pada tahun 1521 M. Kemudian menyerang pulau Rhodes dengan diakhiri menyerahnya pasukan ksatria St. John pada 29 Desember 1522. Pada tahun 1523, Ibrahim Pasha diangkat sebagai wazir agung dan tahun berikutnya dinikahkan dengan adiknya. Dalam rangka menikahkan Ibrahim Pasha dengan adiknya, Sulaeman mengadakan pesta besar di Hippodrome selama delapan hari. Pada tahun yang sama, Sultan Sulaeman juga mendirikan istana besar di sisi barat Hippodrome.
Pada tahun 1526, Sulaeman mencapai ekspedisi puncaknya ke kawasan Hongaria dengan Ibrahim Pasha sebagai pemegang komando pasukannya. Pada ekspedisi ini, Sultan Sulaeman menghukum mati 2000 tahanan Hongaria. Pada tanggal 2 september tahun yang sama, pasukan Sultan Sulaeman beristirahat di Mohacs, 20.000 prajurit dan 4000 pasukan berkuda Hongaria dikuburkan.
Pada tanggal 10 Mei 1529 pasukan Ottoman melakukan ekspedisi merebut kota Venesia. Upaya ini gagal dengan tidak berhasilnya merebut kota dan pasukan Ottoman ditarik mundur. Dalam peperangan ini, pasukan Sultan Sulaeman berhasil mengalahkan pasukan yang ada didalam kota tetapi tidak bisa merebut Venesia.
Pada 27 juni 1530, Sultan Sulaeman merayakan penyunatan empat orang putranya dengan sebuah festival di Hippodrome selama tiga minggu. Dua tahun berikutnya, Sulaeman kembali mengirim pasukannya untuk menaklukkan Venesia. Hasilnya, pasukan Ottoman hanya mampu menembus perbatasan Austria dan pasukan kembali ditarik ke Istanbul.
Dalam kurun waktu dua tahun, 1533-1534 M pasukan Sultan Sulaeman melakukan ekspedisi penaklukkan kea rah timur. Ekspedisi ini dilakukan setelah diadakan perjanjian damai antara dinasti Habsburg dan Kesultanan Turki Utsmani. Ekspedisi melingkupi wilayah; Azerbaijan, Irak dan Iran. Pada ekspedisi ini Baghdad takluk ditangan Sultan Sulaeman. Pada saat ini merupakan masa puncak karir dari Ibrahim Pasha dan hal ini membuat Roxelana tidak senang.
Pada 15 Maret 1536, Ibrahim Pasha diundang untuk makan malam dengan Sultan Sulaeman. Pada malam itu Ibrahim Pasha menemui ajalnya. Kematiannya merupakan misteri tetapi keesokan paginya tubuh Ibrahim ditemukan di luar Gerbang Kekaisaran. Kondisi mayatnya menunjukkan bahwa ia dicekik. Setelah kematiannya, semua harta Ibrahim termasuk istana besarnya di Hippodrome disita Negara.
Sulaeman dan Francois I dari Prancis pada tahun 1536 M menyepakati sebuah persekutuan formal melawan Charles. Perjanjian ini meliputi perjanjian perdagangan yang disebut sebagai Kapitulasi. Peerjanjian ini memberikan kebebasan kepada pedagang Prancis untuk berdagang tanpa batasan di Kesultanan Utsmani.
Pada masa pemerintahannya, Sultan Sulaeman menunjuk seorang arsitek bernama Sinan. Dia ditunjuk sebagai arsitek kesultanan pada tahun 1538 M. Pada masa Sultan Sulaeman, berbagai bangunan diarsiteki oleh Sinan, sala satunya adalah sebuah masjid yang dipersembahkan kepada Roxelana. Sinan mendirikan 321 bangunan di seluruh Kesultanan Ottoman, dimana 85 di antaranya masih bertahan di Istanbul, termasuk 22 masjid.
Tahun 1539, Sulaeman dan Roxelana mengadakan pesta penyunatan anaknya selama lima belas hari. Perayaan ini berlangsung di Hippodrome. Pada saat yang bersamaan juga diadakan pesta perayaan pernikahan anaknya, Mihrimah, dengan Rustem Pasha yang bertugas sebagai wazir agung Sultan Sulaeman.
Epdemi cacar pada tahun 1543 merenggut nyawa putra mahkota, Mehmet yang baru berusia dua puluh satu tahun. Dia duduk selama tiga hari sebelum jenazah Mehmet dikebumikan. Untuk mengenang wafatnya putra mahkota, Sulaeman mendirikan kompleks masjid besar di Bukit Ketiga yang dinamakan Sehzede Camii, Masjid Pangeran.
Berbagai ekspedisi dilakukan oleh Sultan Sulaeman. Pada tahun 1548 ke Anatolia, tahun 1549 menaklukkan Georgia. Kepulangannya ke Istanbul dari penaklukkan Georgia, Sulaeman membawa seorang cendekiawan Prancis, Petrus Gyllius. Selama di Istanbul Gyllius mempelajari sumber-sumber kuno tentang Istanbul. Hasil penelitiannya kemudian diterbitkan pada tahun 1561 M, yaitu Three Books on The Thracian Bosphorus dan Four Books on the Topography of Constantinople and its Antiquities.
Hasil pembangunan terbesar dari Sultan Sulaeman adalah Suleymaniye. Merupakan kompleks masjid terbesar kedua yang pernah dibangun di Istanbul, lebih kecil dari Fatih Camii. Kompleks ini dibangun oleh Sinan dan selesai pada tahun 1557 M.
Populasi pada masa Sulaeman mencapai setengah juta orang. Sensus pada tahun 1535 mencatat 80.000 rumah tangga di Istanbul dan Galata, 58% diantaranya adalah Muslim, 32 % Kristen, 10 % persen Yahudi. Pada masa Sulaeman pernah terjadi wabah tahun 1526 dan 1561. Namun, populasi dengan cepat meningkat melampaui jumlah penduduk sebelumnya.
Tanggal 1 Mei 1566, Sulaeman meluncurkan ekspedisi untuk merebut benteng Sziget, benteng terakhir Habsburg di Hongaria. Pada saat mencapai Danube, Sulaeman sakit keras dan harus dibawa dengan tandu. Sultan Sulaeman meninggal sebelum menyakasikan penaklukan Sziget. Sultan Sulaeman meninggal pada malam sebelum benteng itu ditaklukkan, pada 7 September 1566 M. Meninggalnya Sulaeman tidak diumumkan oleh Mehmet Pasha, komandan perangnya. Jenazah Sulaeman di balsam dan kemudian dikenakan jubbah kesultanan dan didudukkan di dalam tenda wazir agung seakan-akan masih hidup. Mehmet Pasha memalsukan tanda tangan Sultan di atas dokumen yang mengatasnamakan Sulaeman hingga Selim, gubernur Kutahya, mengirimkan kabar bahwa dia telah diangkat menjadi Sultan di Istanbul. Jenazah Sulaeman dibawa ke Istanbul dan disemayamkan di dalam turbenya di belakang Suleymaniye, disamping makan Roxelana.

~ Disarikan dari buku “Istanbul, Kota Kekaisaran”, John Freely

Komentar

Postingan Populer